RSUD Ulin Banjarmasin: Dari Jejak Kolonial Hingga Menjadi Simbol Kesehatan Modern Kalimantan Selatan

1729306837773

Bidik News, Banjarmasin – RSUD Ulin Banjarmasin, rumah sakit terbesar di Kalimantan Selatan, ternyata memiliki sejarah panjang yang penuh dinamika. Sebelum RSUD Ulin berdiri pada tahun 1943-1944, rumah sakit modern pertama di Banjarmasin telah didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda di kawasan Benteng Tatas, yang kini menjadi lokasi Masjid Sabilal Muhtadin, dengan nama Bandjermasin Ziekenhuis.

Pada masa pendudukan Jepang, rumah sakit ini dipindahkan ke kawasan Jalan Oelin (sekarang Jalan Achmad Yani Kilometer 1), yang kelak menjadi embrio RSUD Ulin Banjarmasin. Versi penamaan rumah sakit ini bervariasi, ada yang menyebutnya berasal dari lokasinya di Jalan Oelin, sementara versi lain menyatakan bangunan awalnya terbuat dari kayu ulin.

Saat Jepang menduduki Banjarmasin, rumah sakit ini diperuntukkan bagi masyarakat tanpa memungut biaya. Dipimpin oleh dr. Sutan Diapari Siregar, rumah sakit ini juga melakukan riset obat tradisional bekerja sama dengan perusahaan farmasi Jepang, Makassar Ken Kyoso Kabhushiki Kaisha.

Pasca kemerdekaan, RS Ulin turut berperan dalam perjuangan revolusi fisik, di mana rumah sakit ini digunakan tidak hanya untuk pengobatan tetapi juga sebagai kamp tahanan pejuang Banjar yang menentang kembalinya Belanda. Kisah heroik pun mencuat ketika pada tahun 1948, lebih dari 20 staf rumah sakit ini mencuri peralatan medis dan obat-obatan, kemudian kabur dengan perahu motor untuk bergabung dengan para gerilyawan Banjar.

Perjalanan panjang ini membawa RSUD Ulin terus berkembang hingga menjadi rumah sakit modern yang kita kenal saat ini, melayani masyarakat Kalimantan Selatan dengan fasilitas kesehatan terbaik. (*”*)

 

error: Content is protected !!